Minggu, 17 Februari 2008

Negara Kesatuan Republik “Koruptor” (1)



Indonesia yang katanya adalah Negara dengan sumber daya alamnya sangat luar biasa yang dimana saja, kapan saja dan bisa menanam apa saja. Hal ini dikarenakan letak geografis yang sangat strategis karena berada tepat pada garis katulistiwa yang menyebabkan adanya dua musim, musim penghujan dan musim kering sehingga menciptakan daratan yang subur dan lautan yang sangat kaya.

Akan tetapi kesuburan dan kekayaan yang dimiliki oleh bangsa ini juga diiringi dengan suburnya tingkat korupsi yang sangat tinggi pula serta menyebabkan kekayaan alam seolah tak berdaya dalam menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kemiskinan yang semakin meninggi dari tahun ke tahun. Korupsi merupakan sebuah benalu dari pohon kesejahteraan serta hama dari tanaman kemakmuran yang tentunya apabila tanaman tersebut ingin berbuah maksimal diperlukan tindakan preventif yaitu dengan menjaga serta memberikannya obat anti hama.

Dalam survey Political Economic Crisis Moneter Propensity yang berbasis di Hongkong. Indonesia mengalami kemajuan yang pada tahun 2005 adalah jawara korupsi menjadi runner up pada penghujung 2007 serta urutan ke 133 dari 162 negara paling korup sedunia. Prestasi yang sangat tidak bisa di banggakan tentunya, Hal ini juga ditandai dengan tingkat angka kemiskinan. Tingkat kemiskinan turun dari 17,75% pada tahun 2006 menjadi 16,58% pada 2007. Konon, menurut seorang teman yang paham statistik kemiskinan, penurunan ini berada dalam margin kesalahan sehingga sesungguhnya tidak signifikan. Atau, dengan kata lain, tidak perlu terlalu dibesar-besarkan.(survey BPS 2007)

Korupsi penyelewengan dana non budgeter, penyelewengan dana APBD, kasus BUMN, Aliran dana BI dan yang paling hangat saat ini yaitu kasus mega skandal Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang sempat melumpuhkan perekonomian pada akhir 90-an yang sampai saat ini berbagai kasus tersebut masih digantung “diselamatkan Pemerintah”

Bagaimana buah dari pohon kemerdekaan Indonesia ini bisa kita nikmati apabila ada banyak sekali hama-hama yang telah merusak tanaman kemerdekaan tersebut. Mungkin kita selalu mengutuk para koruptor dengan perlakuannya, akan tetapi kita lupa bahwa hama tersebut tidak semuanya besar, ada hama kecil yang merupakan benih-benih dalam fotosintesa hama yang besar.

Kadang kita tidak sadar dengan beberapa hal yang kita anggap korupsi, “sibuk mengkritik orang sehingga lupa untuk berinstropeksi diri” pola seperti inilah yang terjadi di bangsa kita saat ini, bagaimana bangsa ini bisa berubah kearah yang lebih baik sedangkan kita lupa bahwa dalam mengerjakan hal yang besar tentunya harus dimulai dari yang kecil. Potensi korupsi ada pada setiap individu manusia akan tetapi kita tidak sadari itu, jadi disini sangat diperlukannya sebuah ”Studi Korupsi” agar kita sadar dan tidak selalu sibuk mengoreksi orang lain sehingga kita lupa untuk berinstropeksi. hal ini merupakan bentuk penyadaran dalam mencegah adanya berbagai pembenaran dalam tindakan korupsi.

Ada ratusan definisi korupsi yang sudah dikemukakan para pakar, filsuf dan intelektual maupun ”pelacur” politik dari luar maupun dalam negeri, sejak zaman baheula hingga zaman modern dan mungkin juga anda salah satu diantaranya tapi setidaknya ada beberapa kata kunci yang bisa kita ambil dari banyaknya definisi tersebut yaitu 1. penyelewengan (fraud) 2. penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan 3. merugikan kepentingan umum dan 4. memperkaya/menguntungkan diri sendiri atau golongan.,,.

Dalam perspektif hukum Indonesia sendiri, menurut UU No.20/2001 Jo 31/1991 korupsi didefinisikan sebagai perbuatan yang melawan atau melanggar hukum dengan penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, sarana yang ada pada seseorang karena jabatan atau kedudukannya (abuse of Power) untuk memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi, sehingga menimbulkan kerugian keuangan Negara.

Chairul Sahbana (FH 06)

“Koordinator Pusat Kajian Hukum dan Tata Sosial”–PAKTUAL

Sabtu, 01 Desember 2007

Arogansi Amerika, Keruntuhan Dunia...?

Banyak sekali kiranya akibat daripada arogansi negara adidaya ini. Mulai dari arogansi militer, ekonomi dan bahkan lingkungan juga mereka arogansi kan.

Sejenak kita berfikir, Apa yang mereka inginkan dengan keangkuhannya. bukankah keinginan mereka untuk menguasai dunia sudah mereka dapatkan. Irak, Afganistan, dan mungkin indonesia serta sebahagian negara didunia juga adalah bagian dari pada keserakahan mereka.

Secara subjektif, kita dapat menyimpulkan bahwa Amerika adalah negara iblis karena sifat-sifat yang dimiliki tidak jauh berbeda. Keserakahan, keangkuhan, arogansi, menindas serta menjerumuskan.

Dalam hal lingkungan misalnya, Amerika kembali menunjukkan kesewenangannya dengan tidak mau menendatangani protokol kyoto. Sebagaimana telah kita ketahui protokol kyoto adalah kesepakatan dari negara-negara yang peduli dengan lingkungan. Apakah ini berarti Amerika tidak peduli dengan bumi apakah mereka sanggup menciptakan bumi mereka sendiri dengan unsur yang diciptakan oleh yang maha pencipta.

Stigma-stigma negatif mereka yang sebagian besar sukses dalam membunuh karakter negara-negara berkembang.

Memang telah kita akui secara objektif Amerika Serikat adalah negara yang paling bebas dan liar dalam segala hal, baik itu dalam hal berfikir maupun tindakan dan hal itu pulalah yang juga membuat sinar Amerika semakin redup. baik secara ekonomi, militer dan krisis kepercayaan oleh negara-negara mitra lainnya saat ini.

Sebenarnya Indonesia sudah bisa membaca akan kelemahan Amerika tersebut, akan tetapi kenapa Indonesia masih saja berkiblat kepada negara yang sebentar lagi akan kerdil.

Ini merupakan sebuah kritik atas rasionalitas kita (Critique of Pure Reason) bahwa amerika bukan lah ”maha negara” yang dapat melampaui segala keterbatasan. Dan artinya masih ada kesempatan untuk menyelamatkan keruntuhan bumi kita. Mungkin dengan ”mengketiadakan Amerika Serikat” dalam hal kebijakan strategis dunia.

Selasa, 20 November 2007

Pemimpin muda, Presiden muda?

Ketika pemimpin muda diwacanakan dan dikaitkan dengan presiden muda banyak yang berspekulasi wacana tersebut akan menjadi hal yang dapat mengejutkan dalam pemilu 2009 mendatang.

Banyak pemimpin muda yang mapan dalam berpolitik. Sebut saja mungkin Bobby Jindal yang berusia 36 tahun sudah menjadi gubernur termuda di louisiana, Theodore Roosevelt yang menjadi presiden AS pada usia 42 tahun begitu juga Tony Blair (43) di Inggris adalah figur yang tidak saja muda, tetapi tersukses dalam menjalankan roda pemerintahan. dan mungkin dalam jalur intelektual Anies Baswedan, yang menjadi Rektor Universitas Paramadina pada usia 38 tahun. Hal tersebut diatas adalah seabrek bukti bahwa yang lebih muda bisa memimpin. Bahkan indonesia sendiri diplokamirkan oleh Ir.Soekarno yang berusia 44 tahun.

Ketika indonesia dipimpin oleh pemimpin muda (Soekarno-Hatta) nama indonesia harum di kancah internasional sebagai negara yang berani melawan ketidak adilan, penindasan dan lain sebagainya. Akan tetapi kenapa ketika indonesia tidak dipimpin oleh anak muda seakan euforia tersebut hilang. Lalu timbul pertanyaan, Apakah orang tua tidak mempunyai ghiroh perjuangan dan memperjuangkan?

Ketika presiden muda tersebut tidak lagi memimpin, kondisi indonesia bagaikan nenek reot yang peyot serta rapuh karena digerogoti oleh berbagai penyakit seperti Korupsi, ketidak sejahteraan, ekonomi yang tidak memihak rakyat kecil serta ketidakadilan yang membuat kondisi indonesia semakin terpuruk.

Mungkin dari ilustrasi tersebut diatas, kita dapat membandingkan keadaan bangsa yang dipimpin anak muda dengan orang tua.

Presiden muda sepertinya tidak ada masalah, seperti kata orang bijak “Orang tua bicara sejarah, anak muda bicara arah” Indonesia sudah mempunyai sejarah perjuangan dengan nilai hegemoni yang tinggi, akan tetapi kondisi relevan bangsa saat ini sudah mulai kehilangan arah, ibarat seorang nakhoda yang lupa ingatan untuk mengendalikan kapal pesiar sehingga kapal tersebut tersesat.

Akan tetapi yang ada hanyalah kepentingan politis sesaat.

pemimpin muda lebih enerjik, idealis, berani mengatakan “tidak” kepada negara lain bila tidak suka.

karna jiwa muda biasanya masih kreatif dan inofatif melakukan terobosan tertentu.

"Hamasatus syabaab, hikmatus suyukh"
Yang artinya :"semangat orang muda, tapi memiliki kebijaksanaan para syekh".

Tapi jangan lupa, Soekarno dan tokoh pemimpin muda lainnya itu matang dan kenyang pengalaman serta tempaan kehidupan karena dibesarkan dalam kancah revolusi dan kesulitan yang bertubi-tubi. Hasilnya adalah kematangan sikap yang ditunjukkan di saat-saat sulit dalam mengambil keputusan.

Indonesia telah menemui jalan buntu. jadi diperlukan jalan baru, pemikiran baru, cita-cita baru serta presiden dengan wajah baru. Akan tetapi perlu kita ingat rintangan baru juga sudah siap menghadang.

Kemana kalian mahasiswa, kemana kalian anak muda, bangsa ini membutuhkan kalian..!!

Chairul Syahbana Tarigan

Mahasiswa Prodi Falsafah & Agama Universitas Paramadina dan Fakultas Hukum Universitas Jayabaya